Hakikat Rumah

Definisi Rumah

Sebelum kita menyelami hakikat rumah, mari kita singgahi istilah rumah dan pengertiannya dalam beberapa bahasa. Rumah dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bangunan untuk tempat tinggal. Padanan katanya antara lain balai, dangau, gedung, gerha, griya, gubuk, panti, papan, pondok, rompok, vila dan wisma. Baru dalam tiga dekade ini muncul padanan lainnya, yakni apartemen dan rusun (rumah susun). Istilah rumah dan semua padanan katanya tersebut mengacu kepada fisik bangunan. Perbedaannya cenderung terletak pada kondisi fisik atau fungsi bangunan tersebut. Misal gubuk, makna harfiahnya adalah bangunan kecil untuk tinggal dengan kondisi fisik minim dan biasanya bersifat sementara, meski kadang kata gubuk digunakan untuk merendahkan diri.

Dalam bahasa Inggris, terdapat lebih dari delapan puluh istilah yang mengacu kepada rumah. Di antaranya yang familier di telinga kita adalah dwelling, home, house, residence, dan shelter. Hampir semua istilah tersebut hanya mengacu kepada fisik bangunan, kecuali untuk istilah home. Kata home juga mengacu kepada perasaan yang terhubung dengan bangunan atau lokasi apa pun sebagai tempat di mana mereka nyaman untuk tinggal. Home dapat berupa rumah atau apartemen, tapi juga berupa tenda, perahu atau goa di dalam tanah. Bahkan home bisa menjadi abstrak berupa sebuah tempat di dalam pikiran kita. Ketika kita berkata, “let’s go home!” mungkin kita tidak berpikir sesederhana untuk pergi ke sebuah bangunan fisik di mana kita tinggal. Mungkin saja kita sedang berbicara tentang sebuah tempat spesial di mana kita merasa sangat nyaman [1]. Karena itu lah terdapat istilah, you can buy a house but you can’t buy a home. A home where the heart is.

Bahasa Arab lebih unik lagi, di mana banyak istilah yang diturunkan dari kata dasar, yakni kata kerja (fi’il) tertentu, sehingga memiliki makna dan nuansa tersendiri yang terkait dengan setiap kata dasarnya. Beberapa  kosa kata arab yang mengacu kepada “rumah” antara lain: bayt; daar; maskan dan manzil, maqaam dan maqarr. Bayt berasal dari kata kerja baata – yabiitu yang artinya bermalam, sehingga rumah bermakna tempat bermalam. Daar berasal dari  daara – yaduuru yang artinya berkeliling atau beredar, sehingga rumah tempat berkeliling atau beraktifitas. Maskan berasal dari sakana – yaskunu yang artinya tetap atau tenang, sehingga rumah sebagai tempat menetap dengan tenang. Manzil berasal dari  nazala – yanzilu yang artinya turun atau singgah, sehingga rumah bermakna tempat persinggahan. Maaqam berasal dari aqaama – yuqiimu yang artinya tinggal dan menetap, sehingga maqaam bermakna tempat tinggal atau bermukim. Sedangkan maqarr berasal dari istaqarra-yastaqirru yang artinya mendiami, sehingga maqarr bermakna tempat kediaman. Makna rumah dalam bahasa Arab tersebut tidak lepas dari budaya masyarakat Arab yang akrab dengan perjalanan dan kehidupan yang berpindah-pindah.

Selanjutnya kita beralih ke ranah komersial. Istilah rumah tercakup dalam lingkup real estate dan real property. Real estate didefiniskan oleh The International Valuation Standard sebagai tanah dan segala sesuatu yang merupakan bagian alami dari tanah (misal tumbuhan dan mineral), segala sesuatu yang melekat pada tanah (seperti bangunan, berikut penyempurnaan area), serta semua yang melekat pada bangunan secara permanen (misal komponen mekanik dan elektrik bangunan), baik di atas maupun di bawah tanah. Adapun real property didefinisikan sebagai semua hak, kepentingan dan kemanfaatan yang berhubungan dengan kepemilikan atas real estate [2]. Singkatnya, real estate adalah konsep fisik dan real property adalah konsep legal. Properti yang tidak terkait dengan real estate masuk ke dalam kategori properti individu (personal property), seperti perabot rumah tangga, kendaraan bermotor, mesin dan perhiasan.  Dan semua itu masuk ke dalam kategori aset.

Mengacu kepada pengertian rumah dan istilah yang terkait dengan rumah sebagaimana telah dijelaskan di atas, terdapat tiga kata kunci untuk memahami makna rumah, yakni tempat tinggal, ketentraman dan aset.

Pemerintah Indonesia telah merumuskan definisi rumah yang dituangkan pada UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, di mana rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Menurut penulis, definisi rumah tersebut sudah mendekati sempurna.

Hakikat Rumah

Dalam kehidupan modern ini, rumah kadang dinilai sebagai representasi tingkat sosial atau tingkat kekayaan seseorang. Meski tidak semua orang berpandangan seperti itu. Beberapa miliarder dunia justru memilih untuk tinggal di rumah sederhana. Bahkan ada beberapa miliarder yang memilih untuk tidak memiliki “rumah”, atau justru memilih tinggal di perahu (rumah perahu). Warren Buffet, dengan kekayaannya yang melimpah, memilih untuk tetap tinggal di rumah sederhana yang hanya senilai 0,001% dari total kekayaannya. Ketika ditanya mengapa tidak pindah ke tempat tinggal yang lebih mewah, ia menjawab, “saya merasa bahagia di sini. Saya akan pindah apabila terpikir ada tempat lain yang lebih membahagiakan.” [3]

Benarlah metafora isi dan bungkus dari Cak Nun. Rumah yang indah adalah bungkus, isinya adalah keluarga yang bahagia. Pesta pernikahan adalah bungkus, cinta, pengertian dan tanggung jawab adalah isinya. Ranjang mewah adalah bungkus, tidur yang nyenyak adalah isinya. Kekayaan itu bungkus, hati yang gembira adalah isinya. Utamakan isinya, tapi rawatlah bungkusnya.

Jadi hakikat rumah tidak terletak pada fisik materialnya, tapi kualitas immaterial yang ada di dalamnya. Hakikat rumah tidak terletak pada seberapa luas, bagus dan mewah rumahnya, namun seberapa berkualitas kehidupan yang ada di dalamnya, termasuk seberapa hangat  interaksi yang terjadi antar penghuni rumah tersebut.

Nabi Muhammad pernah mempertentangkan dua domain yang berbeda, yakni domain material/kuantitas dengan domain immaterial/spiritual/kualitas. “Bukanlah kaya dengan banyaknya harta tapi kaya itu adalah kaya jiwa.” (HR. Bukhari Musilim). Bahwa kaya itu bukanlah predikat quantity of material tetapi kaya itu adalah quality of soul

Definisi kaya menurut Nabi Muhammad tersebut masuk akal dengan fenomena yang terjadi di dunia ini. Kita sering melihat banyak orang yang memiliki materi berlimpah tapi orang tersebut selalu merasa kurang dan hampa. Rumah luas dan megah, namun ia tak betah di dalamnya. Tapi di sisi lain kita juga sering melihat ada orang yang memiliki materi pas-pasan atau bahkan kurang, tinggal di rumah seadanya, tapi mereka merasa cukup dan berbahagia dengan kondisi yang ada. Jadi banyaknya materi bukanlah ukuran kecukupan, karena kecukupan itu adanya di dalam jiwa kita, ia ada di domain kualitas, quality of soul. Dan harus diakui bahwa harta itu tidak bisa membeli kebahagiaan, harta hanya memberi lebih banyak pilihan. Tetap saja, kebahagiaan itu ditentukan oleh quality of soul!

Demikian juga rumah, bahwa nilai dari sebuah rumah, lebih dari sekedar quantity of material atau quality of material, tapi justru pada quality of soul dari para penghuninya.

Referensi:

  1. http://www.learnersdictionary.com/qa/what-s-the-difference-between-a-house-and-a-home. Akses 14 Mei 2019.
  2. https://www.ivsc.org/standards/glossary. Akses 6 Januari 2020.
  3. Warren Buffett Lives in A Modest House That’s Worth .001% of His Total Wealth. https://www.businessinsider.com/warren-buffett-modest-home-bought-31500-looks-2017-6?IR=T. Akses 12 Juli 2019.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: